BAB
I
PENDAHULUAN
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan
ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentru. Ilmu
mengajar bisa dipelajari dimanapun dan kapan pun baik individual, kelompok,
maupun dilembagakan. Seni mengajar hanya terlihat ketika interaksi pembelajaran
dan pembelajaran erat kaitannya denga dunia pendidikan.
Bercerita
mengenai dunia pendidikan, maka kita akan berbicara mengenai sebuah ‘simbol’
dari dunia pendidikan tersebut yaitu pengajar. Pengajar sejatinya adalah
motorik pada dunia pendidikan. Pengajar mempunyai peran yang penting di tinjau
dari berbagai sudut pandang dan dari berbagai aspek-aspek penting lainnya. Baik
itu dari sudut pandang mengenai ilmu yang diberikan sampai mengenai morailitas
untuk generasi anak-anak bangsa yang akan datang. Pengajar bukanlah hanya
sebuah pekerjaan yang hanya bisa datang dan bernafas, melainkan pe
ngajar adalah
sebuah tanggung jawab besar selain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi
juga turut serta sebagai pembentukan karakter anak-anak bangsa.
Orang
bijak pernah mengatakan “Kalu ingin melihat kualitas suatu bangsa, lihatlah
kualitas gurunya”. Artinya adalah bahwa keberadaan guru di sini sangat
menentukan kualitas suatu bangsa, dan kualitas suatu bangsa bisa dilihat dari
mutu. Peningkatan mutu bermuara pada satu masalah utama, yaitu pendidikan.
Pendidikan tidak bisa terlepas dari peran guru. Guru merupakan ujung tombak
proses pendidikan. Hebat atau rusaknya pemimpin baru yang dilahirkan bisa
sangat dipengaruhi oleh sosok guru.
Di
Indonesia sendiri, banyak dari kita yang masih melihat seorang guru yang
mengajarkan kepada anak didiknya dengan cara kekerasan. Seperti yang terjadi di
Jayapura yang bagaimana seorang guru memukul kepala muridnya sambil merokok,
penamparan anak murid oleh seorang guru di Lembang, pemukulan pada anak murid di
Banyuasin dan masih banyak lagi kasus kekerasan lainnya yang ‘menelanjangi’
dunia pendidikan di Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNICEF
(2006) di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 80% kekerasan
yang terjadi pada siswa dilakukan oleh guru. Padahal telah ada undang-undang
yang mengatur tentang kekerasan guru terhadap murid tersebut.
Di sisi lain, masih banyak juga guru yang mengajar anak
didiknya dengan rasa keikhlasan, cinta, dan kasih sayang yang bahkan dirinya
tidak mendapatkan upah sedikitpun dari hasil dia mengajar. Hal tersebut banyak
terjadi seperti di perbatasan Indonesia-Malaysia di daerah Kalimantan dan
daerah-daerah lainnya. Kemudian banyak juga guru yang mengajar dengan cara
‘tidak peduli’ dengan anak didiknya sehingga sebagian besar anak didik
menyukainya. Inilah yang membuat peneliti terdorong dan menjadi pertanyaan bagi
peneliti, bahwa bagaimanakah guru yang baik dalam mengajar itu.
BAB
II
HASIL
WAWANCARA
A.
Identitas
Guru
Nama Pengajar/inisial : A.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28
Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 UNIMED, Jurusan PPKN
Lokasi Mengajar : SDN 060884, Jalan Gajah
Mada Medan-Baru
Riwayat Mengajar : - SD Swasta Al-Muqmin
- SMP Swasta Prayatna
- SDN 060884
Pengalaman mengajar : 7 Tahun
Pelajaran yang diajar : PKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, IPS dan IPA
B.
Uraian
Hasil Wawancara
Wawancara
dilakukan pada hari Kamis tanggal 10 April 2014 di tempat beliau mengajar di
SDN 060884 Jalan Gajah Mada dan dilakukan pada pukul 14:15 WIB. Wawancara
dilakukan dengan durasi 10 menit detik. Berikut adalah hasil uraian
wawancaranya:
1. Bagaimana
pandangan guru tentang pendidikan?
Pandangan saya tentang pendidikan, saya
sebagai seorang guru menilai bahwa pendidikan itu sangat penting. Pendidikan
itu mulai dari tingkat SD, SMP sampai tingkat SMA harus dibina oleh gurunya
masing-masing. Pendidikan di Indonesia ini semakin lama semakin meningkat,
artinya materi yang diajarkan oleh guru dan materi yang ada di buku semakin
lama semakin tinggi pelajarannya. Pastinya pendidikan di Indonesia ini semakin
maju.
2. Apa
motivasi yang mendasari menjadi guru?
Motivasi saya untuk mengajar, terutama
untuk mengajar anak-anak ini terbina mulai dari saya waktu kuliah. Jadi
motivasi saya ingin mencerdaskan anak-anak bangsa, khususnya anak-anak SD yang
saya ajarkan.
3. Bagaimana
sudut pandangnya sebagai guru dalam melihat peserta didik?
Sudut pandang sebagai seorang guru dalam
melihat peserta didik ya banyak sekali. Artinya pemikiran-pemikiran siswa ini
pasti berbeda dengan siswa-siwa yang lain. Jadi penanganannya itu pasti
berbeda-beda pada setiap peserta didik. Bukan harus sama. Jadi cara mengajar
kita untuk si A mungkin berbeda dengan cara kita mengajar untuk si B. Mungkin
kan tingkat daripada IQ anak-anak itu berbeda-beda.
4. Apa
filosofinya dalam mengajar?
Mengajar itu bagi saya seperti ibadah.
Jadi ibarat Sholat 5 waktu. Jadi harus dilaksanakan. Jadi kalo tidak
dilaksanakan seperti ada yang kurang, seperti tidak tercapai begitulah
kira-kira.
5. Bagaimana
pendekatannya dalam mengajar?
Guru itu harus dekat kepada siswanya.
Apalagi guru SD. Mereka itu butuh
perhatian bukan hanya di rumah melainkan di sekolah juga. Bahkan kita ini
tempat curhatan mereka. Jadi kita sebagai guru sama anak murid itu harus dekat.
Caranya saya menilai anak ini satu per satu, saya panggil kemudian ke depan.
Lalu saya tanya sama dia. Ya bagaimanalah pokoknya cara kita menyampaikan agar
dia mau jujur dan terbuka sama kita jadi agar dia nyaman. Nah kalau di luar
pelajaran kita buat bermain dia seperti kita buat cerita-cerita sama dia, tertawa
sama dia agar dia pun dekat sama kita.
6. Guru
itu idealnya bagaimana?
Idealnya guru itu tidak datang
terlambat, Idealnya guru itu haruslah disiplin. Karena dia mengajarkan siswanya
untuk disiplin. Seharusnya guru itu memberikan contoh kepada siswa ambil sampah
dan buang sampah pada tempatnya. Jangan hanya cuma omong saja. Karena banyak
sekarang guru-guru hanya menyuruh saja, tapi tidak melaksanakan.
7. Pendidikan
itu seharusnya bagaimana?
Pendidikan itu harusnya sama, merata,
baik itu di desa maupun di kota. Jadi pendidikan itu harusnya diajar oleh
guru-guru yang profesional di semua tempat. Jadi kalo misalnya guru itu tamatan
S1 tetapi tidak profesi dia sebagai mengajar, dia tidak ada profesi sebagai
mengajar, buat apa dia jadi guru.
8. Bagaimana
cara ibu sebagai seorang guru dalam mengajar murid terutama murid yang nakal?
Kita kan punya undang-undang ya tentang guru dan
dosen, di dalam undang-undang itu kan cara kita mengajar itu tidak harus
memukulnya, membentaknya. Paling ya menghukumnya dengan mengutip sampah,
membersihkan kelas. Pokoknya ya memberi hukuman itu yang mendidiklah sifatnya.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Guru yang Baik
Semua guru harus baik
di mata siswanya. Marrie F. Hassett mengemukakan bahwa ketika berbicara
tentang kualitas mengajar seorang guru,
fokusnya berkaitan dengan masalah-masalah teknik, konten, dan presentasi. Tapi
banyak orang yang tahu bahwa guru yang memiliki pengetahuan yang luar biasa,
namun sebagian gagal berkomunikasi secara baik dengan siswanya. Guru semacam ini
di atas kertas penguasaannya di bidang mata pelajaran sangat hebat, tapi
sayangnya siswa bosan atau frustasi ketika menerima pelajaran darinya.
Banyak orang termasuk siswa mengakui bahwa mengajar yang
baik seringkali tidak terlalu terkait dengan pengetahuan dan keterampilan
dibandingkan dengan sikap terhadap siswa materi yang diajarkan, dan pekerjaan
itu sendiri. Guru yang baik bercirikan seperti berikut ini:
Ø Memiliki
kesadaran akan tujuan
Ø Memiliki
harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Ø Mentoleransi
ambiguitas
Ø Menunjukkan
kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa
Ø Merasa
tidak nyaman jika kurang mengetahui
Ø Mencerminkan
komitmen pada pekerjaan mereka
Ø Belajar
dari berbagai model
Ø Menikmati
pekerjaan dan siswa mereka
3.2 Top 10 Kualitas Guru yang Baik.
Kita semua mengetahui guru dikategorikan baik atau buruk
ketika melihatnya tampil di kelas dan di luar kelas. Dari situs http://www.ripplesofimprovement.com
terungkap Top 10 kualitas guru yang baik.
Ø Cofidence
Ø Patience
Ø True compassion for their students
Ø Understanding
Ø The ability to look at life in a different way and
to explain a topic in a different way
Ø Dedication to exellence
Ø Unwavering support
Ø Willingness to help student achieve
Ø Pride in student’s accomplishments
Ø Passion for life
3.3 Keterkaitan dengan
Teori
Berkaitan dengan hasil
wawancara yang lakukan dan bilamana dikaitkan dengan teori yang ada, bahwa jika
kita melihat dari segala aspek beliau sudah cukup mumpuni dalam menjadi guru
yang baik walaupun belum secara keseluruhan. Dalam pendekatannya pada anak
didik, guru tersebut melihat seorang anak melalui karakter yang berbeda-beda.
Artinya adalah guru menyadari bahwa tiap-tiap anak adalah unik dan berbeda,
sehingga dia menyadari betul bahwa pendekatan yang dia berikan kepada anak
didik tersebut pun pasti berbeda. Kemudian dalam hal kesabaran menghadapi anak
didiknya (patience), kita dapat melihat beliau tidak menggunakan
kekerasan dalam hal menghadapi anak muridnya. Beliau lebih menekankan kepada
hukuman yang lebih mendidik yang bisa membuat anak didiknya mendapatkan
pelajaran atas apa yang telah mereka perbuat. Selain itu dalam hal true
compassion for their students, kesediaan untuk membantu siswa mencapai
prestasi juga pemahaman (understanding), beliau sangat mengert ketika
ada siswa yang butuh dorongan atau prestasinya menurun dan sebagainya, beliau
pun mengajak anak didiknya berbicara atau ngobrol pada anak didiknya.
Kenapa beliau menggunakan pendekatan seperti itu beliau pun mengatakan “Guru itu harus dekat kepada siswanya.
Apalagi guru SD. Mereka itu butuh
perhatian bukan hanya di rumah melainkan di sekolah juga. Bahkan kita ini
tempat curhatan mereka”. Jadi dari segala aspek beliau sudah cukup mumpuni
dalam menjadi guru yang baik walaupun belum secara keseluruhan
BAB
IV
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa saya tarik
pada pembahasan di atas adalah dunia pendidikan Indonesia pada umumnya atau
secara rata-rata sudah bisa dikatakan cukup baik terutama pada jenjang
pendidikan SD. Karena memang kebanyakan guru yang kedapatan melakukan tindak
kekerasan pada anak muridnya pada umumnya adalah guru SMP dan SMA. Tetapi dari
hasil wawancara yang saya lakukan pada guru SD tersebut kemungkinan bisa merefleksikan
gambaran pendidikan terutama pada jenjang SD. Karena beliau cukup memenuhi
ciri-ciri dan kriteria yang didapat dalam menjadi guru yang baik dan top 10
kualitas guru yang baik. Dari segi pendekatan beliau ke anak muridnya sudah
cukup bagus dengan melihat pendekatannya yang bersifat mendidik dan menjadikan sharing
sebagai ajang keterbukaan anak pada orang lain. Selain itu beliau juga
menekankan perlunya guru-guru yang profesional yang memang menjadikannya
seorang guru, artinya bahwa guru tersebut semestinya adalah orang yang
mempunyai integritas dalam mengajar seperti tamatan sarjana pendidikan atau
mempunyai kualifikasi sebagai seorang guru.
BAB
V
SARAN
Saran saya adalah jika seseorang
ingin menjadi guru, maka dia harus mengerti betul mengenai apa-apa saja
seluk-beluk pada profesi seorang guru seperti bagaimana cara mengajar pada
umumnya dan mengenai upah serta kesejahteraan guru itu bagaiman. Karena
kebanyakan orang sebelum menjadi guru hanya mengerti bahwa guru adalah mengajar
dan mentransformasikan ilmu, tetapi tidak mengerti cara mengajar pada umumnya
dan menjadikan guru hanyalah sebuah pekerjaan saja daripada tidak dapat
pekerjaan sama sekali. Karena seorang guru adalah “muka” dari dunia pendidikan,
guru adalah pengajar, pendidik dan pemimpin. Guru tidak akan pernah jadi
pemimpin jika dia miskin integritas. Karena miskin integritas, guru tak
memiliki karisma dan inspirasi di mata murid-murid. Jika guru sudah tak inspiratif bagi murid,
maka konsepsi guru sebagai sosok pemimpin memang hanya akan menjadi wacana
saja.
0 komentar:
Posting Komentar