Pages

Minggu, 06 April 2014

Wawancara Pendidik Paedagogi

BAB I
PENDAHULUAN
            Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentru. Ilmu mengajar bisa dipelajari dimanapun dan kapan pun baik individual, kelompok, maupun dilembagakan. Seni mengajar hanya terlihat ketika interaksi pembelajaran dan pembelajaran erat kaitannya denga dunia pendidikan.
Bercerita mengenai dunia pendidikan, maka kita akan berbicara mengenai sebuah ‘simbol’ dari dunia pendidikan tersebut yaitu pengajar. Pengajar sejatinya adalah motorik pada dunia pendidikan. Pengajar mempunyai peran yang penting di tinjau dari berbagai sudut pandang dan dari berbagai aspek-aspek penting lainnya. Baik itu dari sudut pandang mengenai ilmu yang diberikan sampai mengenai morailitas untuk generasi anak-anak bangsa yang akan datang. Pengajar bukanlah hanya sebuah pekerjaan yang hanya bisa datang dan bernafas, melainkan pe
ngajar adalah sebuah tanggung jawab besar selain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi juga turut serta sebagai pembentukan karakter anak-anak bangsa.
Orang bijak pernah mengatakan “Kalu ingin melihat kualitas suatu bangsa, lihatlah kualitas gurunya”. Artinya adalah bahwa keberadaan guru di sini sangat menentukan kualitas suatu bangsa, dan kualitas suatu bangsa bisa dilihat dari mutu. Peningkatan mutu bermuara pada satu masalah utama, yaitu pendidikan. Pendidikan tidak bisa terlepas dari peran guru. Guru merupakan ujung tombak proses pendidikan. Hebat atau rusaknya pemimpin baru yang dilahirkan bisa sangat dipengaruhi oleh sosok guru.
Di Indonesia sendiri, banyak dari kita yang masih melihat seorang guru yang mengajarkan kepada anak didiknya dengan cara kekerasan. Seperti yang terjadi di Jayapura yang bagaimana seorang guru memukul kepala muridnya sambil merokok, penamparan anak murid oleh seorang guru di Lembang, pemukulan pada anak murid di Banyuasin dan masih banyak lagi kasus kekerasan lainnya yang ‘menelanjangi’ dunia pendidikan di Indonesia.
            Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNICEF (2006) di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 80% kekerasan yang terjadi pada siswa dilakukan oleh guru. Padahal telah ada undang-undang yang mengatur tentang kekerasan guru terhadap murid tersebut.
            Di sisi lain, masih banyak juga guru yang mengajar anak didiknya dengan rasa keikhlasan, cinta, dan kasih sayang yang bahkan dirinya tidak mendapatkan upah sedikitpun dari hasil dia mengajar. Hal tersebut banyak terjadi seperti di perbatasan Indonesia-Malaysia di daerah Kalimantan dan daerah-daerah lainnya. Kemudian banyak juga guru yang mengajar dengan cara ‘tidak peduli’ dengan anak didiknya sehingga sebagian besar anak didik menyukainya. Inilah yang membuat peneliti terdorong dan menjadi pertanyaan bagi peneliti, bahwa bagaimanakah guru yang baik dalam mengajar itu.



















BAB II
HASIL WAWANCARA
A.     Identitas Guru
Nama Pengajar/inisial                : A.S
Jenis Kelamin                           : Perempuan
Umur                                        : 28 Tahun
Pendidikan Terakhir                  : S1 UNIMED, Jurusan PPKN
Lokasi Mengajar                      : SDN 060884, Jalan Gajah Mada Medan-Baru
Riwayat Mengajar                    : - SD Swasta Al-Muqmin
                                                  - SMP Swasta Prayatna
                                                  - SDN 060884
Pengalaman mengajar               : 7 Tahun
Pelajaran yang diajar                 : PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPS dan IPA

B.     Uraian Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan pada hari Kamis tanggal 10 April 2014 di tempat beliau mengajar di SDN 060884 Jalan Gajah Mada dan dilakukan pada pukul 14:15 WIB. Wawancara dilakukan dengan durasi 10 menit detik. Berikut adalah hasil uraian wawancaranya:

1.      Bagaimana pandangan guru tentang pendidikan?
Pandangan saya tentang pendidikan, saya sebagai seorang guru menilai bahwa pendidikan itu sangat penting. Pendidikan itu mulai dari tingkat SD, SMP sampai tingkat SMA harus dibina oleh gurunya masing-masing. Pendidikan di Indonesia ini semakin lama semakin meningkat, artinya materi yang diajarkan oleh guru dan materi yang ada di buku semakin lama semakin tinggi pelajarannya. Pastinya pendidikan di Indonesia ini semakin maju.

2.      Apa motivasi yang mendasari menjadi guru?
Motivasi saya untuk mengajar, terutama untuk mengajar anak-anak ini terbina mulai dari saya waktu kuliah. Jadi motivasi saya ingin mencerdaskan anak-anak bangsa, khususnya anak-anak SD yang saya ajarkan.

3.      Bagaimana sudut pandangnya sebagai guru dalam melihat peserta didik?
Sudut pandang sebagai seorang guru dalam melihat peserta didik ya banyak sekali. Artinya pemikiran-pemikiran siswa ini pasti berbeda dengan siswa-siwa yang lain. Jadi penanganannya itu pasti berbeda-beda pada setiap peserta didik. Bukan harus sama. Jadi cara mengajar kita untuk si A mungkin berbeda dengan cara kita mengajar untuk si B. Mungkin kan tingkat daripada IQ anak-anak itu berbeda-beda.

4.      Apa filosofinya dalam mengajar?
Mengajar itu bagi saya seperti ibadah. Jadi ibarat Sholat 5 waktu. Jadi harus dilaksanakan. Jadi kalo tidak dilaksanakan seperti ada yang kurang, seperti tidak tercapai begitulah kira-kira.

5.      Bagaimana pendekatannya dalam mengajar?
Guru itu harus dekat kepada siswanya. Apalagi guru SD.  Mereka itu butuh perhatian bukan hanya di rumah melainkan di sekolah juga. Bahkan kita ini tempat curhatan mereka. Jadi kita sebagai guru sama anak murid itu harus dekat. Caranya saya menilai anak ini satu per satu, saya panggil kemudian ke depan. Lalu saya tanya sama dia. Ya bagaimanalah pokoknya cara kita menyampaikan agar dia mau jujur dan terbuka sama kita jadi agar dia nyaman. Nah kalau di luar pelajaran kita buat bermain dia seperti kita buat cerita-cerita sama dia, tertawa sama dia agar dia pun dekat sama kita.

6.      Guru itu idealnya bagaimana?
Idealnya guru itu tidak datang terlambat, Idealnya guru itu haruslah disiplin. Karena dia mengajarkan siswanya untuk disiplin. Seharusnya guru itu memberikan contoh kepada siswa ambil sampah dan buang sampah pada tempatnya. Jangan hanya cuma omong saja. Karena banyak sekarang guru-guru hanya menyuruh saja, tapi tidak melaksanakan.

7.      Pendidikan itu seharusnya bagaimana?
Pendidikan itu harusnya sama, merata, baik itu di desa maupun di kota. Jadi pendidikan itu harusnya diajar oleh guru-guru yang profesional di semua tempat. Jadi kalo misalnya guru itu tamatan S1 tetapi tidak profesi dia sebagai mengajar, dia tidak ada profesi sebagai mengajar, buat apa dia jadi guru.

8.      Bagaimana cara ibu sebagai seorang guru dalam mengajar murid terutama murid yang nakal?
Kita kan punya undang-undang ya tentang guru dan dosen, di dalam undang-undang itu kan cara kita mengajar itu tidak harus memukulnya, membentaknya. Paling ya menghukumnya dengan mengutip sampah, membersihkan kelas. Pokoknya ya memberi hukuman itu yang mendidiklah sifatnya.















BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Guru yang Baik   
Semua guru harus baik di mata siswanya. Marrie F. Hassett mengemukakan bahwa ketika berbicara tentang  kualitas mengajar seorang guru, fokusnya berkaitan dengan masalah-masalah teknik, konten, dan presentasi. Tapi banyak orang yang tahu bahwa guru yang memiliki pengetahuan yang luar biasa, namun sebagian gagal berkomunikasi secara baik dengan siswanya. Guru semacam ini di atas kertas penguasaannya di bidang mata pelajaran sangat hebat, tapi sayangnya siswa bosan atau frustasi ketika menerima pelajaran darinya.
            Banyak orang termasuk siswa mengakui bahwa mengajar yang baik seringkali tidak terlalu terkait dengan pengetahuan dan keterampilan dibandingkan dengan sikap terhadap siswa materi yang diajarkan, dan pekerjaan itu sendiri. Guru yang baik bercirikan seperti berikut ini:
Ø  Memiliki kesadaran akan tujuan
Ø  Memiliki harapan akan keberhasilan bagi semua siswa
Ø  Mentoleransi ambiguitas
Ø  Menunjukkan kemauan beradaptasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan siswa
Ø  Merasa tidak nyaman jika kurang mengetahui
Ø  Mencerminkan komitmen pada pekerjaan mereka
Ø  Belajar dari berbagai model
Ø  Menikmati pekerjaan dan siswa mereka

3.2 Top 10  Kualitas Guru yang Baik.
            Kita semua mengetahui guru dikategorikan baik atau buruk ketika melihatnya tampil di kelas dan di luar kelas. Dari situs http://www.ripplesofimprovement.com terungkap Top 10 kualitas guru yang baik.
Ø  Cofidence
Ø  Patience
Ø  True compassion for their students
Ø  Understanding
Ø  The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way
Ø  Dedication to exellence
Ø  Unwavering support
Ø  Willingness to help student achieve
Ø  Pride in student’s accomplishments
Ø  Passion for life

3.3 Keterkaitan dengan Teori
Berkaitan dengan hasil wawancara yang lakukan dan bilamana dikaitkan dengan teori yang ada, bahwa jika kita melihat dari segala aspek beliau sudah cukup mumpuni dalam menjadi guru yang baik walaupun belum secara keseluruhan. Dalam pendekatannya pada anak didik, guru tersebut melihat seorang anak melalui karakter yang berbeda-beda. Artinya adalah guru menyadari bahwa tiap-tiap anak adalah unik dan berbeda, sehingga dia menyadari betul bahwa pendekatan yang dia berikan kepada anak didik tersebut pun pasti berbeda. Kemudian dalam hal kesabaran menghadapi anak didiknya (patience), kita dapat melihat beliau tidak menggunakan kekerasan dalam hal menghadapi anak muridnya. Beliau lebih menekankan kepada hukuman yang lebih mendidik yang bisa membuat anak didiknya mendapatkan pelajaran atas apa yang telah mereka perbuat. Selain itu dalam hal true compassion for their students, kesediaan untuk membantu siswa mencapai prestasi juga pemahaman (understanding), beliau sangat mengert ketika ada siswa yang butuh dorongan atau prestasinya menurun dan sebagainya, beliau pun mengajak anak didiknya berbicara atau ngobrol pada anak didiknya. Kenapa beliau menggunakan pendekatan seperti itu beliau pun mengatakan  “Guru itu harus dekat kepada siswanya. Apalagi guru SD.  Mereka itu butuh perhatian bukan hanya di rumah melainkan di sekolah juga. Bahkan kita ini tempat curhatan mereka”. Jadi dari segala aspek beliau sudah cukup mumpuni dalam menjadi guru yang baik walaupun belum secara keseluruhan




BAB IV
KESIMPULAN

            Kesimpulan yang bisa saya tarik pada pembahasan di atas adalah dunia pendidikan Indonesia pada umumnya atau secara rata-rata sudah bisa dikatakan cukup baik terutama pada jenjang pendidikan SD. Karena memang kebanyakan guru yang kedapatan melakukan tindak kekerasan pada anak muridnya pada umumnya adalah guru SMP dan SMA. Tetapi dari hasil wawancara yang saya lakukan pada guru SD tersebut kemungkinan bisa merefleksikan gambaran pendidikan terutama pada jenjang SD. Karena beliau cukup memenuhi ciri-ciri dan kriteria yang didapat dalam menjadi guru yang baik dan top 10 kualitas guru yang baik. Dari segi pendekatan beliau ke anak muridnya sudah cukup bagus dengan melihat pendekatannya yang bersifat mendidik dan menjadikan sharing sebagai ajang keterbukaan anak pada orang lain. Selain itu beliau juga menekankan perlunya guru-guru yang profesional yang memang menjadikannya seorang guru, artinya bahwa guru tersebut semestinya adalah orang yang mempunyai integritas dalam mengajar seperti tamatan sarjana pendidikan atau mempunyai kualifikasi sebagai seorang guru.












BAB V
SARAN
            Saran saya adalah jika seseorang ingin menjadi guru, maka dia harus mengerti betul mengenai apa-apa saja seluk-beluk pada profesi seorang guru seperti bagaimana cara mengajar pada umumnya dan mengenai upah serta kesejahteraan guru itu bagaiman. Karena kebanyakan orang sebelum menjadi guru hanya mengerti bahwa guru adalah mengajar dan mentransformasikan ilmu, tetapi tidak mengerti cara mengajar pada umumnya dan menjadikan guru hanyalah sebuah pekerjaan saja daripada tidak dapat pekerjaan sama sekali. Karena seorang guru adalah “muka” dari dunia pendidikan, guru adalah pengajar, pendidik dan pemimpin. Guru tidak akan pernah jadi pemimpin jika dia miskin integritas. Karena miskin integritas, guru tak memiliki karisma dan inspirasi di mata murid-murid.  Jika guru sudah tak inspiratif bagi murid, maka konsepsi guru sebagai sosok pemimpin memang hanya akan menjadi wacana saja.

0 komentar:

Posting Komentar