A.
SEJARAH
DAN LATAR BELAKANG TOKOH
Hans
Jurgen Eysenck dilahirkan di Berlin, Jerman, 4 maret 1916. Kedua orangtuanya
adalah selebritis yang sangat berharap bahwa Eysenck kelak dapat menjadi
seorang aktor. Pada usia 2 tahun Eysenck terpaksa dibesarkan oleh neneknya
karena orangtuanya bercerai. Setelah tamat SMU Hans Eysenck memutuskan untuk
melanjutkan sekolah di luar negeri karena ia merasa tidak senang dengan
kekuasaan NAZI. Sebagai seorang Yahudi tentu saja kehidupannya terancam. Ia
meninggalkan Jerman dan akhirnya menetap di Inggris.
Dalam perjalanannya mencari ilmu ia
telah menyelesaikan beberapa jenjang pendidikan antara lain : University
College of Exeter, Inggris, sastra dan sejarah (musim panas, 1933), Universitas
Dijon, Perancis, sastra dan sejarah (beberapa bulan sebelum masuk London
University), Universitas London, B.A. dalam psikologi dengan penghargaan kelas
(1935-1938), London University,
Ph.D. psikologi (di bawah Burt) (1940).
Selanjutnya H. J. Eysenck dalam
mengembangkan keilmuannya ia banyak berkecipung dalam dunia pendidikan dan juga
banyak terlibat dalam berbagai penelitian antara lain : Penelitian psikolog,
Mill Hill Darurat Rumah Sakit, London (1942-1946) , Peneliti senior psikolog,
Maudsley Hospital, London (1946-1950), Pendiri, Departemen Psikologi,
University of London Institute of Psychiatry (1946); Departemen Chair
(1950-1955); Profesor (1955-1983); Profesor Emeritus (1983-1997), Pendiri,
Journal of Personality and Individual Differences (1980). Setelah melihat
perjalanan Eysenck dalam hal pendidikannya akan sulit untuk meramalkan bahwa
Eysenck Hans pada akhirnya akan menjadi salah satu tokoh dunia yang paling
produktif dan sering dikutip psikolog. Dia pertama kali tertarik pada kajian
sastra dan sejarah, dan kemudian masuk ke program psikologi di perguruan tinggi
hanyalah konsesi untuk mereka yang berwenang. Sebenarnya Eysenck ingin masuk ke
jurusan fisika, tetapi ia tidak memenuhi persyaratan untuk masuk yang
ditetapkan oleh University of London. Pada awalnya ia kecewa dengan mata kuliah
psikologi, tetapi kemudian dia dengan cepat belajar untuk menikmati kajian
psikologi. Dalam tenggang waktu selama 60 tahun, Eysenck menerbitkan lusinan
buku dan lebih dari 1000 artikel jurnal.
Karya dari Eysenck dipengaruhi oleh
statistik analisa faktor yang merupakan
pemikiran psikolog eropa yang mempelajari tipe kepribadian, khususnya Jung dan
Kretschmer. Eysenck
mengatakan bahwa intelegensi merupakan sesuatu yang diturunkan sejak
lahir. Dia adalah seorang kritikus awal
mengenai efektivitas psikoterapi, Dia juga mengkritik sifat ilmiah dari banyak
varietas akademik psikologi. Ia merasa bahwa hanya metode ilmiah (karena ia
memahaminya) bisa memberi kita pemahaman yang akurat tentang manusia. Sebagai
ahli statistik, ia merasa bahwa metode matematika sangat penting. Sebagai
seorang psikolog yang berorientasi fisiologis, ia merasa bahwa hanya penjelasan fisiologis adalah yang berlaku.
Eyenck memperkenalkan konsep ekstroversi
(introversi-ekstraversi) dan neurotisme (neurotik-stabil) sebagai dua dimensi
dasar kepribadian. Dia percaya bahwa karakteristik kepribadian dapat diuraikan
berdasarkan dua dimensi tersebut, yang disebutnya dengan “Supertraits”.
B.
DEFINISI
KEPRIBADIAN
Menurut
Eysenck, kepribadian adalah jumlah total pola tindakan aktual atau potensial
organisme yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan. Kepribadian itu
sendiri terbentuk dan berkembang melalui adanya interaksi fungsional empat
faktor yaitu faktor kognitif (intelegensi), faktor
konatif (karakter), faktor afektif
(temperamen), dan faktor somatik (konstitusi).
Corak
yang khas pada pendapat Eysenck ini adalah kata “faktor somatik”. Perhatian
terhadap faktor konstitusional ini muncul dari pengalaman praktis, dimana dalam
tugasnya, Eysenck sering menggunakan tubuh sebagai variabel kepribadian yang
relevan.
C. STRUKTUR
KEPRIBADIAN
Menurut
Eysenck, kepribadian tersusun dalam suatu hierarki yang memiliki 4 tingkatan
berdasarkan tingkat keumumannya, yakni :
1. Type
2. Trait
3. Habitual
Response
4. Specific
Response
· Specific
Response berada di hierarki terendah karena specific response merupakan
kumpulan tindakan atau respon yang paling tidak umum, yang terjadi sesekali
saja. Misalnya, membeli barang, menelepon teman, memindahkan perabot.
· Habitual
response atau yang kita kenal kebiasaan bertingkah laku dan berpikir. Habitual
response merupakan kumpulan dari specific response dimana tindakan atau respon
yang dilakukan bisa terulang kembali pada saat-saat tertentu. Misalnya,
kebiasaan seseorang untuk membeli makanan dan minuman maupun mengundang teman
bila mengadakan suatu pesta.
· Trait
(sifat), kumpulan dari habitual response, kemunculannya lebih konsisten.
Misalnya, orang yang pesta tadi, ia selalu terlihat berkumpul bersama
orang-orang, maka bisa dihipotesakan ia memiliki trait sosialis.
· Type
(tipe) merupakan kumpulan dari trait. Eysenck membagi tipe menjadi 3 dimensi :
1. Extraersi
(E) vs Intraversi
2. Neurotisisme
(N) vs Stabilitas Emosional
3. Psikotisme
(P) vs Kontrol Impuls
Masing-masing
dimensi diatas memiliki 9 trait, sehingga jumlah ketiganya 27 trait. Seseorang
mungkin saja memiliki kombinasi dari ketiga dimensi diatas. Keseluruhan trait
tersebut berupa:
Extraversi
|
Neurotisisme
|
Psikotisme
|
Sosialis
|
Pencemas
|
Agresif
|
Lincah
|
mudah depresi
|
Dingin
|
Aktif
|
selalu merasa
bersalah
|
Egosentrik
|
Asertif
|
rendah diri
|
tak empatik
|
pencari sensasi
|
Tegang
|
Impulsif
|
Periang
|
Irasional
|
Antisosial
|
Dominan
|
Pemalu
|
Kreatif
|
Pemberani
|
suasana hati yang
suka berubah
|
keras hati
|
Dimensi
kepribadian seseorang dinilai berdasarkan kesesuaian trait orang tersebut.
Misalnya,orang yang sangat bertolak belakang dengan trait yang dimiliki oleh
ekstraversi artinya ia adalah orang yang introvert, dan sebaliknya.
Kecerdasan
Eysenck
juga meneliti tentang kecerdasan, meskipun ia tidak memasukkannya ke dalam
dimensi kepribadian. Eysenck berpendapat bahwa kecerdasan berpengaruh penting
dalam kepribadian. Ia mencatat bahwa individu dengan IQ 120 mempunyai
kepribadian yang lebih kompleks dibanding individu dengan IQ 80. Eysenck
berpendapat bahwa 80 persen kecerdasan dipengaruhi oleh faktor keturunan dan 20
persen dibentuk dibentuk dari lingkungan.
D.
DINAMIKA
KEPRIBADIAN
Dinamika kepribadian mempelajari
interaksi antar struktur dari kepribadian tertentu. Dengan menggunakan
metode analisis faktor, Eysenck berhasil mengidentifikasi tiga dimensi dasar
kepribadian yaitu Extraversion, Neuroticism, dan Psychoticism.
Extraversion, Neuroticism dan Psychoticism diberikan ruang 2 dimensi untuk
menggambarkan perbedaan individu dalam perilaku. Pada prinsipnya, setiap orang
dapat ditempatkan dalam ruang tiga dimensionalini tetapi dalam tingkatan yang
berbeda.
Berdasarkan
pendapat Jung yang didukung oleh Eysenck (Suryabrata,1995; Naisaban, 2003) ada
tiga type kepribadian manusia :
·
Extraversion
Konsep Eysenck mengenai ekstraversi
mempunyai sembilan sifat dan introversi adalah kebalikan dari trait
ekstraversi, yakni: tidak sosial, pendiam, pasif, ragu, banyak fikiran, sedih,
penurut, pesimis, penakut.
Eysenck yakin bahwa penyebab utama
perbedaan antara ekstraversi dan introversi adalah tingkat keterangsangan
korteks (CAL = Cortical Arausal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar
bersifat keturunan. CAL adalah gambaran bagaimana korteks mereaksi stimulasi
indrawi. CAL tingkat rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah.
Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi. Orang yang
ekstraversion CAL-nya rendah, sehingga dia banyak membutuhkan rangsangan
indrawi untuk mengaktifkan korteksnya. Sebaliknya introvers CAL-nya tinggi, dia
hanya membutuhkan rangsangan sedikit untuk mengaktifkan korteksnya. Sehingga
orang yang introvers menarik diri, menghindar dari riuh-rendah situasi
disekelilingnya yang dapat membuatnya kelebihan rangsangan.
Extrovert
|
Introvert
|
Orang
Extrovert lebih memilih berpartisipasi dalam kegiatan bersama, pesta
hura-hura, olahraga beregu (sepakbola, arung jeram), minum alkohol dan
mengisap mariyuana.
|
Orang
introvert memilih aktivitas yang miskin rangsangan sosial, seperti membaca,
olahraga soliter (main ski, atletik), organisasi persaudaraan eksklusif.
|
Kondisi keramaian meningkatkan performa orang-orang
Extrovert
|
Lebih sensitive terhadap rasa sakit dan Cenderunglebihberhati-hati
|
Ekstravert lebih memilih liburan
yang mengandung interaksi dengan orang lain
|
introvert kurang membutuhkan sesuatu
yang baru
|
Ekstravert lebih aktif secara seksual
|
Introvert
lebih baik di sekolah
|
Ekstravert menikmati
humor seksual dan agresif yang eksplisit
|
sedangkan introvert lebih memilih bentuk
humor intelektual seperti permainan kata dan canda yang tersamar.
|
·
Neuroticism
Neurotisisme-stabiliti mempunyai
komponen hereditas yang kuat, seperti gangguan kecemasan, histeria, dan
obsesif-kompulsif. Juga ada keseragaman antara orang kembar-identik lebih dari
kembar-fraternal dalam hal jumlah tingkah laku antisosial dan asosial seperti
kejahatan orang dewasa, homoseksualitas.
Dasar biologis dari
neurotisisme adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS=Automatic Nervous
Reactivity). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingkungan wajar
sekalipun sudah merespon secara emosional sehingga mudah mengembangkan gangguan
neurotik.
Dasar biologis dari neurotisisme
adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS=Automatic Nervous Reactivity).
Subyek
|
Dimensi
|
CAL
|
ANS
|
Simptom
|
(A)
|
Introver-Neurotik
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Gangguan psikis tingkat pertama
|
(B)
|
Ekstraver-Neurotik
|
Rendah
|
Tinggi
|
Gangguan psikis tingkat kedua
|
(C)
|
Introver-Stabilita
|
Tinggi
|
Rendah
|
Normal introvers
|
(D)
|
Ekstravers-Stabilitas
|
Rendah
|
Rendah
|
Normal ekstravers
|
Keterangan :
Ø A adalah orang
introvert-neurotik (ekstrim introvers dan ekstrim neurotisisme). Orang itu
cenderung memiliki simpton-simpton kecemasan, depresi, fobia, dan
obsesif-kompulsif, disebut mengidap gangguan psikis tingkat pertama (disorders
of the first kind).
Ø B adalah orang
ekstravers-neurotik. Orang itu cenderung psikopatik, kriminal, atau mengidap
gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind).
Ø C adalah orang normal yang
introvers; tenang, berpikir mendalam, dapat dipercaya.
Ø D adalah orang yang normal-ekstravers;
riang, responsif, senang bicara/bergaul.
·
Psychoticism
Psychoticism, ditambahkan ke model
pada akhir tahun 1970, berdasarkan kolaborasi antara Eysenck dan istrinya,
Sybil BG Eysenck, yang adalah editor saat Personality and Individual Differences.
Orang yang skor psikotisismenya
tinggi memiliki sifat agresif, dingin, egosentrik, impulsif, antisosial,
keatif, keras hati. Sebaliknya orang yang skor psikotisismenya rendah memiliki
trait baik hati, hangat, penuh perhatian, akrab, tenang, sangat sosial,empatik,
kooperatif, dan sabar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75%
bersifat herediter, dan hanya 25% yang menjadi fungsi lingkungan. Psikotisisme
juga mengikuti model stres-diatesis (diathesis-stress model). Orang yang variabel
psikotismenya tinggi tidak harus psikotik, tetapi mereka mempunyai predisposisi
untuk mengidap stress dan mengembangkan gangguan psikotik. Pada masa orang
hanya mengalami stress yang rendah, skor P yang tinggi mungkin masih bisa
berfungsi normal, tetapi ketika mengalami stress yang berat, orang menjadi
psikotik yang ketika stress yang berat itu sudah lewat fungsi normal
kepribadian sulit untuk diraih kembali.
Fitur Eysenck adalah pandangannya
yang berhubungan dengan Hipocrates dan Gallen yang mengetengahkan empat tipe
kepribadian dasar : Melankonis, Plegmatis, Koleris, dan Sanguis.
Tinggi
N dan Rendah E = tipe melankolis
Tinggi
N dan Tinggi E = tipe koleris
Rendah
N dan Tinggi E = tipe sanguinis
Rendah
N dan Rendah E = tipe plegmatis
Tipe
|
Trait
|
Sanguinis
|
Mempunyai energi yang
besar , suka bersenang-senang dan supel. Mereka suka mencari perhatian,
sorotan, kasih saying, dukungan, dan penerimaan orang disekelilingnya. Orang
yang bertype sanguine suka memulai percakapan dan menjadi sahabat bagi semua
orang. Orang tipe ini biasanya optimis dan selalu menyenangkan. Namun, bila
ia tidak teratur, emosional dan sangant sensitive terhadap apa yang dikatakan
orang terhadap dirinya. Dalam pergaulan, orang sanguine sering dikenal
sebagai tukang bicara.
|
Korelis
|
Suka
berorientasi pada sasaran. Aktivitasnya dicurahkan untuk berprestasi,
memimpin, dan mengorganisasikan. Orang yang bertype koleris menuntut
loyalitas dan penghargaan dari sesame, berusaha mengendalikan dan
mengharapkan pengakuan atas prestasinya, serta suka ditantang dan mau
menberima tugas-tugas sulit. Tapi juga mereka suka merasa benar sendiri, suka
kecanduan jika melakukan sesuatu, keras kepala, dan tidak peka terhadap
perasaan orang lain. Orang koleris seperti ini sering diidentifikasikan
sebagai pelaksanan.
|
Melankolis
|
Cenderung diam dan pemikir. Ia berusaha mengejar
kesempurnaan dari apa yang menurutnya penting. Orang dalamn type ini butuh
ruang dan ketenangan supaya mereka bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Orang
bertype melankolis berorientasi pada tugas, sangat berhati-hati,
perfeksionis, dan suka keteraturan. Karena itu, orang melankolis sering
kecewa dan depresi jika apa yang diharapkan tidak sempurna. Orang melankolis
sering diidentifikasikan sebagai pemikir.
|
Plegmatis
|
Kepribadian yang seimbang, stabil, merasa diri
cukup, dan tidak merasa perlu merubah dunia. Ia juga tidak suka mempersoalkan
hal-hal sepele, tidak suka beresiko atau tantangan, dan butuh waktu untuk
menghadapi perubahaan. Orang type ini kurang disiplin dan motivasi, sehingga
suka menunda-nunda sesuatu. Kadang, ia dipandang orang lain sebagai lamban,
bukannya ia kurang cerdas, tapi karena ia lebih cerdas dari yang lainnya.
Orang phlegmatis tidak suka keramaian ataupun banyak bicara. Namun, ia banyak
akal dan bisa mengucapkan kata yang tepat disaat yang tepat, sehingga cocok
menjadi negosiator. Orang phlegmatic kadang diidentifikasikan sebagai
pengamat.
|
E.
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Teori kepribadian
Eysenck menekankan peran herediter sebagai faktor penentu dalam perolehan trait
ekstraversi, neurotisisme, dan psikotisisme (juga kecerdasan). Hal ini sebagian
didasarkan pada bukti hubungan korelasional antara aspek-aspek biologis,
seperti CAL (Cortical Arousal Level) dan ANS (Automatic Nervous System
Reactivity) dengan dimensi-dimensi kepribadian.
Namun, Eysenck juga
berpendapat bahwa semua tingkah laku yang tampak, tingkah laku pada hirarki
kebiasaan dan respon spesifik, semuanya (termasuk tingkah laku neurosis)
dipelajari dari lingkungan. Eysenck berpendapat inti dari fenomena neurotis
adalah reaksi takut yang dipelajari atau terkondisikan. Hal itu terjadi
manakala satu atau dua stimulus netral diikuti dengan perasaan sakit atau nyeri
fisik maupun psikologis. Apabila traumanya sangat keras dan mengenai seseorang
yang faktor hereditasnya rentan menjadi neurosis, maka bisa jadi cukup satu
peristiwa traumatis untuk membuat orang itu mengembangkan reaksi kecemasan
dengan kekuatan yang besar dan sukar berubah (diatesis stress model).
Sekali conditioning
ketakutan atau kecemasan terjadi, pemicunya akan berkembang bukan hanya
terbatas pada objek atau peristiwa asli, tetapi ketakutan atau kecemasan itu
juga dipicu oleh stimulus lain yang mirip dengan stimulus asli atau stimulus
yang dianggap berkaitan dengan stimulus asli. Mekanisme perluasan stimulus ini
mengikuti Prinsip Generalisasi Stimulus yang banyak dibahas dalam paradigma
behaviourisme. Setiap kali orang menghadapi stimulus yang membuatnya merespon
dalam bentuk usaha menghindar atau mengurangi kecemasan, menurut Eysenck, orang
itu menjadi terkondisi perasaan takut atau cemasnya dengan stimuli yang baru
saja dihadapinya. Jadi, kecenderungan orang untuk merespon dengan tingkah laku
neurotik semakin lama semakin meluas, sehingga orang itu menjadi mereaksi
dengan ketakutan stimuli yang hanya sedikit mirip atau bahkan tidak mirip sama
sekali dengan objek atau situasi menakutkan yang asli.
Menurut Eysenck, stimulus baru begitu saja dapat diikatkan dengan stimulus
asli, sehingga orang mungkin mengembangkan cara merespon stimuli yang terjadi
serta merta akibat adanya stimuli itu, tanpa tujuan fungsional. Eysenck menolak
analisis psikodinamik yang memandang tingkah laku neurotik dikembangkan untuk
tujuan mengurangi kecemasan. Menurutnya, tingkah laku neurotik sering
dikembangkan tanpa alasan yang jelas, sering menjadi kontraproduktif, semakin
meningkatkan kecemasan dan bukan menguranginya.
Eysenck tidak menutupi kemungkinan adanya pengaruh lingkungan pada
kepribadian, seperti interaksi keluarga di masa kecil, tetapi dia percaya
pengaruhnya terhadap kepribadian adalah terbatas.
F. PSIKOPATOLOGI
Menurut
Eysenck, neurotisme dan psikotisme itu bukan sifat patologis, walaupun individu
yang mengalami gangguan akan memperoleh skor yang ekstrim. Ekstravert,
neurotisme, dan psikotisme, tiga dimensi ini merupakan bagian normal dari
struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar; Ektraversion -
Introversion, Neuroticism - Emosional Stability, dan Psychoticism - Impulse
Control. Semua
orang berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinya
sebagian besar orang berada di tengah-tengah polarisasi, dan semakin mendekati
titik ekstrim, jumlahnya semakin sedikit.
Hal ini dapat
diartikan bahwa, orang yang variable psikotismenya tinggi tidak harus psikotik,
tetapi mereka mempunyai predisposisi untuk mengidap stress dan mengembangkan
gangguan psikotik. Pada masa orang hanya mengalami stress yang rendah, skor
psikotis yang tinggi mungkin masih bisa berfungsi normal, tetapi ketika
mengalami stress yang berat, orang menjadi psikotik yang ketika stress yang
berat itu sudah lewat, fungsi normal kepribadian sulit untuk diraih kembali.
G.
ASSESMENT
Ada empat inventori yang dipakai untuk melakukan penelitian atau untuk
memahami klien, yaitu :
1. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi antara
keduanya.
2. Eysenck Personality Inventory (EPI), alat tes ini memiliki skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi
kepura-puraan (faking), yang
terpenting dalam tes ini yaitu untuk mengukur ekstraversi dan neurotisme secara
independen dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N.
3. Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan revisi
dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap dipublikasikan).
Memasukan skala psikotik.
4. Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ. Mempunyai
versi dewasa dan anak-anak.
H. ISU – ISU PENTING DALAM KEPRIBADIAN
Aspek penting dari
banyaknya teori kepribadian dapat digambarkan dari sifat alamiah manusia
diformulasikan oleh masing-masing ahli teori. Masing-masing ahli teori
mempunyai konsepsi alamiah manusia yang dituangkan pada beberapa pertanyaan
dasar yang ada, yaitu :
1. Keinginan bebas (Free
Will) vs Determinasi?
Apakah kita langsung sadar dengan segala tindakan kita, atau tindakan
kita diatur oleh kekuatan lain?
Eysenck lebih menekankan pada determinasi biologis,
karena menurut Eysenck, faktor kepribadian seperti Psikotisme, Neurotisme, Ekstroversi
semuanya mempunyai kekuatan determinasi biologis. Dia juga memperkirakan bahwa
sekitar ¾ variasi dari 3 dimensi kepribadian dapat dihitung degan
hereditas dan sekitar 1/4 dengan faktor lingkungan.
2. Alamiah (herediter/nature) vs Lingkungan (Nurture)?
Apakah kita lebih dipengaruhi oleh
herediter (nature) atau lingkungan kita (nurture)?
Sudahlah jelas bahwa menurut Eysenck kepribadian
manusai lebih banyak dipengaruhi oleh hereditas sebesar 80 persen dan hanya 20
persen dari lingkungan.
3. Masa Lalu (Past) vs Masa Sekarang
(present)?
Apakah kepribadian kita ditetapkan oleh
peristiwa awal dalam kehidupan kita atau dapat dibentuk oleh pengalaman pada
masa dewasa?
Konsep trait kepribadian lebih kepada bentuk yang
konsisten dari cara individu berprilaku, merasa dan berpikir. Dalam peneleitian
telah menunjukkan bahwa trait dan dimensi Eysenck mengusulkan masih stabil
sepanjang rentang kehidupan dari permulaan masa anak-anak sampai akhir dewasa,
meskipun ada perbedaan pengalaman sosial dan lingkungan yang berbeda pula.
Jadi, cukuplah jelas bahwa trait kepribadian menurut Eysenck ditetapkan melalui
peristiwa awal kehidupan kita, walaupun 20%-nya ditentukan oleh pengaruh sosial
dan lingkungan.
4. Keunikan (Uniqueness) vs Kesamaan
(Universality)?
Apakah kepribadian masing-masing manusia
adalah unik, atau ada kesamaan yang luas dari bentuk kepribadian beberapa orang
yang sesuai?
Sudah pasti ada kesamaan yang luas dari bentuk
kepribadian dari beberapa wilayah di dunai (orang yang sama atau sesuai). Hal
ini berkaitan dengan teori trait Eysenck, yang menyatakan bahwa hampir 80%
trait kepribadian manusai dipengaruhi oleh pewarisan sifat atau herediter.
5. Keseimbangan (Equilibrium) vs
Pertumbuhan (Growth)?
Apakah kita dengan mudah terdorong untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis atau dalam keadaan seimbang atau apakah
dorongan tumbuh dan berkembang membentuk perilaku kita?
Menurut Eysenck, cukuplah jelas bahwa akan terjadi
keseimbangan fisiologis dalam pembentukan perilaku, karena trait ditentukan secara
herediter dan merupakan pembagian tugas kepribadian yang semi-permanent.
Artinya trait yang diturunkan secara herediter ini, berada pada bagian tengah dalam
organisasi perilaku menurut Eysenck.
6. Keputusasaan (Pesimism) vs Harapan
Baik (Optimism)
Apakah dasarnya kita baik atau jahat?
Pada dasarnya kita adalah baik, sesuai dengan
supertrait Psikotisme vs Fungsi Superego. Eysenck juga setuju dengan teori
Abraham Maslow yang mengemukakan bahawa kesehatan mental berawal dari
aktualisasi diri (score P yang rendah) sampai schizoprenia dan psikosis (score
P yang tinggi).
terimakasih uraiannya :) sumbernya dari mana ya ?
BalasHapusMaaf atas kesalahan saya karena lupa mencantumkan sumbernya. Berikut ini adalah sumber untuk artikel ini, semoga membantu:
HapusSchultz Duane P, Schultz Sydney Siegel. 2005. Theories of Personality: Eighth Edition Pervin, Cervon dan Jhon. 2005. Personality: Theory and Research
Hall, Lindzay, Loehlin dan Manosevitz. 1985. Introduction to Theories of Personality