Pages

Sabtu, 25 Januari 2014

Psikologi Politik


Happy new year 2014!!! Yupss, berbicara tahun 2014, sudah saatnya kita berbicara politik. Eh, kenapa harus politik? Ya, pada tahun 2014 adalah tahun dimana di Indonesia akan mengadakan pemilihan umum (PEMILU). Yang pasti, di tahun ini, di kepemimpinan siapakah Indonesia nantinya semoga bisa dapat memperbaiki kesejahteraan rakyat, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menerima aspirasi rakyat. Ya sebenarnya saya sih tidak begitu tertarik dengan dunia politik Hehee... So, berikut akan saya sajikan ciri-ciri calon pemimpin yang tidak baik berdasarkan psikologi politik yang saya kutip dari kompasiana.


PSIKOLOGI-POLITIK adalah ilmu yang mempelajari perilaku para politisi. Dan harus diakui bahwa 70% pemilih tergolong pemilih yang belum cerdas dan mudah dikadalin para politisi. Tidak hanya mereka yang hanya lulusan SD
atau SD tidak tamat, mereka yang berpendidikan S1, S2 dan S3 juga mudah dikadalin. Kenapa? Sebab mereka tidak mengetahui ciri-ciri calonpemimpin yang tidak baik.


Ciri-ciri calon pemimpin yang tidak baik
Dari sudut psikologi-politik, ada lima ciri-ciri tersebut.
1.Mencalonkan diri
2.Mengiklankan diri
3.Mengobral janji sorga
4.Memperalat lembaga survei
5.Mempunyai rekam jejak yang tidak baik

ad.1.Mencalonkan diri
Bukankah di negara manapun calon pemimpin selalu mencalonkan diri? Kelihatannya begitu. Tapi kalau kita cermati, ada pemimpin yang tidak mencalonkan diri. Ciri-cirinya, mereka selalu menyatakan siap dicalonkan. Tetapi, kebanyakan calon pemimpin adalah mencalonkan diri. Itu bisa dilihat dengan jelas bahwa tidak ada kelompok masyarakat yang mencalonkan dirinya. Mencalonkan diri buruk karena itu mencerminkan ambisi pribadi. Dan biasanya ambisi pribadi cenderung buruk. Antara lain, ambisi untuk menang, berkuasa, memonopoli proyek besar, menumpuk harta kekayaan dengan segala cara dan akhirnya korupsi serta ingin mempertahankan kekuasaannya dengan cara-cara yang tidak terpuji, antara lain money politic.
Contoh:
Capres A yang memasang iklan dirinya secara besar-besaran (padahal belum masa kampanye) dengan memakai uang pribadinya tanpa ada unsur pencalonan dari pihak manapun juga.
Catatan
Pemilih yang tidak cerdas, tidak bisa membedakan mana yang mencalonkan diri dan mana yang dicalonkan.

ad.2.Mengiklankan diri
Bukankah semua calon mengiklankan diri? Kelihatannya demikian. Tapi jangan lupa bahwa bahwa banyak iklan-iklan kampanye, terutama di televisi, dibuat atas permintaan dari calon pemimpin. Bahkan karena dia kaya, maka sebagian besar biaya iklan kampanye menggunakan uang pribadinya. Dikatakan buruk karena calon pemimpin yang menggunakan uang pribadinya akan berpikir “balik modal” dan untung besar dengan berbagai cara, termasuk korupsi. Bahkan ada yang nekat menjual ayat-ayat suci demi untuk meyakinkan para calon pemilihnya.
Contoh:
Mengiklankan diri yang bersifat narsis. Memuji diri sendiri. Menyebut prestasi dirinya sendiri.
Catatan:
Pemilih yang tidak cerdas, tidak bisa membedakan mana calon pemimpin yang mengiklan diri dan mana yang diiklankan oleh para pendukungnya.

ad.3.Mengobral janji sorga
Bukankah semua calon pemimpin mengobral janji sorga melalui visi dan misinya?Kelihatannya begitu. Namun yang dimaksud janji sorga adalah janji-janji indah tetapi sebenarnya sangat sulit dilakukan dan tidak realistis. Apalagi janjinya tidak satu, tetapi banyak. Mungkin lebih dari sepuluh janji. Bahkan iklannyapun berbau narsis, memuji diri sendiri dan terkesan dialah yang sanggup membela wong cilik dan mensejahterakan masyarakat miskin. Seolah-olah itu hal yang sangat mudah dikerjakan.
Contoh:
Dalam iklan atau kampanyenya memberikan janji-janji yang tidak realistis. Misalnya, akan memperbaiki moral bangsa. Padahal, mempebaiki moral satu orang saja sulit, apalagi memperbaiki moral seluruh bangsa.
Catatan
Pemilih yang tidak cerdas tidak tahu mana janji yang realistis dan mana yang tidak realistis.

ad.4.Memperalat lembaga survei.
Kalau mau jujur, lembaga survei politik didirikan motivasinya adalah mencari uang. Oleh karena itu, demi uang, lembaga survei bersedia melakukan survei yang direkayasa yang seolah-olah calon pemimpin tertentu elektabilitasnya tinggi. Tentu, hasil survei itu dibayar mahal oleh calon pemimpin itu. Itu bisa dilihat dari hasil survei rekayasa yang dijadikan bahan kampanye atau bahan iklan secara besar-besaran. Tujuannya adalah untuk menggiring opini pemilih agar memilih dia.
Contoh:
Capres A yang selalu mengatakan menurut hasil survei, dia termasuk menduduki peringkat tinggi atau tertinggi. Padahal, itu hasil survei lembaga survei bayaran yang melacurkan diri di bidang politik.
Catatan
Pemilih yang tidak cerdas, tidak bisa membedakan mana hasil lembaga survei yang bisa dipercaya dan mana yang tidak bisa dipercaya.

ad.5.Mempunyai rekam jejak yang buruk
Calon pemilih yang cerdas tentu akan mempelajari track record, rekam jejak atau sejarah hidup dari para calon pemimpin. Pasti ada calon pemimpin yang mempunyai rekam jejak yang buruk. Misalnya, suka berpoligami, suka kawin cerai, kurang rukun dengan para tetangganya, pernah terlibat korupsi, pernah berselingkuh, pernah melakukan pelanggaran HAM, dulunya terlibat kasus-kasus tindak pidana dan sejarah hidup atau rekam jejak hitam yang lainnya.
Contoh:
Capres A yang dulu pernah terlibat kasus pelanggaran HAM yang tidak pernah diadili atau diadili di pengadilan rekayasa sehingga pengadilan menyatakandia tidak bersalah  atau tidak terlibat pelanggaran HAM.
Catatan
Pemilih yang tidak cerdas tidak tahu apakah calon pemimpin yang akan dipilih mempunyai rekam jejak yang buruk atau tidak.

Semoga bermanfaat.

Hariyanto Imadha
Pengamat Perilaku
Sejak 1973




SUMBER: http://politik.kompasiana.com/2013/05/11/psikologi-politikciri-ciri-calon-pemimpin-yang-tidak-baik-555056.html

0 komentar:

Posting Komentar